Sahut Amir. Disaat suasana hujan ini, aku tak berani memarahi nya karena memanggil ku tanpa sebab. Amir adalah lelaki yang galak dan jago bertarung, Sehingga aku pun tak berani memarahinya. dulu ia ingat masa-masa kami bermain berdua, bagaimana susahnya mencari satu kerang di dekat sungai itu dan susahnya belajar di kelas bu rohim karena ia selalu menjelekan nilai murid. setidaknya ia tak melupakan masa-masa indah bersama.
tetapi ia berubah sejak anak baru itu masuk, ia merasa terganggu jika aku bermain bersama amir. tiba saat ia mendekatinya, amir malah menjauh dariku. karena wanita itu cukup jutek dan tak pernah memberi perhatian kepadaku. Amir pun menjadi jutek.
Oh iya aku lupa,
Namaku adalah Lina Awal. aku adalah anak dari Yanto Suprasta, seorang pengusaha batik di Magelang. ibuku,Ratna Awal seorang desainer butik dari padang. Makanya marga ibuku dijadikan sebagai nama belakang ku. aku pun lahir di daerah Makassar,Sulawesi selatan.
Memang masa2 sekolah sangat asik, apalagi ditambah teman yang gokil. akupun tak akan bisa melupakan masa-masa labil ku disekolah, ngutang di warung mpok inem,nongkrong di warung bu inem saat menunggu hujan reda,Karya Ilmiah gonta-ganti judul sampai lulus tanpa revisi.
Sudah sekitar 7 tahun lalu aku lulus dari sekolah. Memang cerita akhirnya tak seperti yang ku harapkan, tapi cerita-cerita itu tak hilang dari ingatan. "Emang sih nyebelin banget,tapi ini apa adanya banget loh" bisikku dalam hati. saat hujan mengingatkan ku pada sesuatu. Kenangan masa lalu yang masih ada di benak ini. Ingin ku mengulang kisah-kisah dulu. Coba jika masih bisa memutar waktu, aku tak akan sia-siakan bertemu denganya.
Awalnya.
Saat bola yang kutendang jatuh ke sungai. Aku pun tak kuat menahan tangis karena dipaksa mengambil bola di sungai. Memang aku bocah nakal dulu, senangnya main diluar terus. Tanpa pikir panjang, anak lelaki itu langsung berlari mendekati sungai. Akupun berusaha mengikutinya sambil menahan tangis."Nih bolanya, jangan menangis lagi ya" katanya sembari memberikan bola itu. Lalu ia mengajakku ke rumahnya. Rumahnya yang besar membuatku bingung. oh ternyata ia lupa mengenalkan dirinya. Lalu kami berkenalan dan ia mengenalkan aku dengan orang tuanya, serta ia tak lupa mengajak makan malam dirumahnya. Setelah itu aku kembali pulang dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada sebelum jalan.
Namanya Amir Rehamusyah. Dia anak kedua dari 3 bersaudara. Saat itu ia bersekolah di SDN 76 Pekanbaru. sekolahnya pun tak jauh dari rumahku, sehingga akupun bisa bermain denganya. kadang aku diajaknya bermain Game Konsol. asiknya pun tak terkira, sampai akupun lupa dengan tugas Bu ayu. memang Bu ayu adalah guru killer disekolah. tetapi ia sebenernya baik kok, hanya saja ia terlalu pediuli sama murid-muridnya. sehingga ia seperti guru killer.
Sepulang sekolah Bu ayu memenggilku ke kelas. Akupun takut karena pikiranku sedang negatif. pikirku bahwa hari ini hari terakhirku di sekolah. Lalu di depan kelas ada anak yang bernama Amir. ketakutanku bertambah sangat dan aku merasa hari ini hari terakhirku di sekolah sebelum di ceramahi oleh Bu ayu dengan nada tinggi. Langkah demi langkah kujalani layaknya ingin pasrah terhadap dunia yang tidak peduli dengan diriku ini. Setelah di depan pintu kelas, aku terkejut. bagaimana tidak, pikiranku yang telah diracuni emosi negatif ternyata salah. Bu ayu memberikan ucapan ulang tahunku. kebetulan bahwa aku sama sekali lupa bahwa aku berulang tahun ke 10.
Ternyata selama ini dugaanku salah tentang Bu ayu. Ia sangat spesial bagiku. ia pun tahu bahwa amir adalah sahabat dekatku, padahal kami lain sekolah. memang ternata Bu ayu adalah tante amir. setelah itu mereka memberikan kado spesial untukku. aku membukanya pelahan-lahan dan sangat hati-hati. dan semua pun bahagia ketika melihat isinya. aku mau tak mau menangis terharu karena hadiahnya sangat spesial. aku diberikan sepatu sneakers dari bu ayu. karena sikapku baik kepada bu ayu serta keponakanya.
Keesokan harinya aku mencoba sneakers itu dan berjalan-jalan melintasi daerah komplekku, berjam-jam aku di luar rumah dengan senangnya memakai sepatu baru. sampai akhirnya aku didepan rumah amir dan disahut olehnya."hei Lina, ngapain kamu senyum-senyum nggak jelas di jalanan?" tanyanya dengan nada meledek. "ah kamu suka gitu mir, nggak tau kalo orang seneng dapet hadiah baru dari guru kesayangan" balas Lina dengan nada agak malu.
Dengan capeknya pulang dari jalan-jalan, akupun langsung melahap masakan khas buatan ibu. harum bawangnya terasa sekali, memang ibuku menjadikan bawang sebagai komposisi khas di dalam masakanya. "kak, nih makananya, cobain dehh nasi uduk ayam khas ibumu" Ibu memanggilku agar makan. ku ambil piring dan ku masukan sesendok nasi di dalam makanan ku. kulahap perlahan makananya, lalu kuhabiskan secepat kilat.
%2B8.jpg)